Monday, May 11, 2009

Emansipasi, Wanita=Pria?

"Ibu kita Kartini, putri sejati
putri Indonesia, harum namanya

Ibu kita Kartini, pendekar bangsa
pendekar kaumnya untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini
putri yang mulia
sungguh besar cita-citanya
bagi Indonesia"

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia merayakan Hari Kartini.
Hari kartini memperingati kelahiran Raden Ayu Kartini, salah satu "wonder women" Indonesia.
Kontribusinya sangat besr bagi kemajuan penyetaraan gender.
Siapa yang tidak kenal Beliau.

Masih ingat dulu waktu SD, tanggal 21 April diadakan upacara bendera.
Setiap siswa diminta untuk memakai baju daerah dan foto Kartini dipampang di tengah lapangan.
Lomba-lomba dan pagelaran seni juga ikut memeriahkan hari jadi Beliau.
Terus-menerus diingatkan bahwa Kartini adalah pencetus emansipasi wanita di Indonesia.
Wanita kedudukanya sama dengan pria. Mereka setara dengan kita, kaum pria.

Dari tahun 1879 (tahun kelahiran Kartini) sampai 2009 banyak perubahan terjadi di Indonesia.
Kaum wanita juga mulai unjuk gigi di ranah umum.
Prestasi yang membanggakan mungkin adalah ketika Ibu Megawati menjadi presiden wanita pertama.
Walau sebelumnya dia diganjal dan tidak dibolehkan menjadi presiden karena masalah gender.

Apakah ini menandakan Indonesia sudah benar-benar terbuka bagi kaum wanita?
Apakah kedudukan mereka sudah setara dengan kaum laki-laki?
Apakah wanita sama dengan laki-laki?

Opini pribadi saya, Indonesia masih belajar menghargai wanita.
Memang benar sudah banyak kaum wanita yang "go public", tetapi banyak juga kaum wanita yang masih ditekan oleh kaum adam.
Ambil contoh TKI, PSK, pembantu rumah tangga.

Masih banyak TKI kita yang mungkin akan mendapat kemalangan di negri orang ditipu oleh orang sendiri.
Jauh menjadi TKI, mereka malah dijual menjadi penghibur dan pemuas nafsu laki-laki.
Dengan iming-iming gaji besar, mereka dibawa ke kota besar dari desa untuk dididik oleh "mami".
Miris melihat wanita bercita-cita untuk sekolah tinggi, tetapi harus putus sekolah karena masalah ekonomi dan gender.
Masih banyak generasi lama yang menganut laki-laki harus maju lebih dahulu dari perempuan.
Saya teringat pernyataan Ibu Megawati ketika berjumpa dengan ibu-ibu di sebuah pasar di Jawa:

"Mana yang dipilih untuk disekolahkan, anak laki-laki yang biasa-biasa saja atau anak perempuan yang lebih pintar? Tentu saja anak laki-laki toh?"

Sekali lagi, masalah ekonomi menjadi penghalang bagi emansipasi

Sama seperti kaum Tionghoa, anak laki-laki adalah putra mahkota di keluarga.
Mengapa tidak, mereka yang akan meneruskan nama keluarga.
Ketika menikah wanita diwajibkan untuk mengikuti nama keluarga suami.
Hal yang wajar bagi masyarakat dengan sistem patrealisme.
Jadi, lebih untung menginvestasikan dana ke anak laki-laki daripada perempuan.
Toh akhirnya anak perempuan akan diambil oelh keluarga orang.

Masyarakat tidak mungkin berubah pandangan dalam waktu semalam.
Semua ini membutuhkan proses yang panjang dan pasti akan menghadapai kendala.
Tidak hanya di Indonesia, di negara lain pun penyetaraan gender masih menjadi masalah.
Tetapi, adanya usaha dan perjuangan tanpa henti untuk mengusahakan penyetaraan gender sudah baik.
Perlunya penekanan akan kesadaran pria dan wanita kedudukannya sama dan diciptakan untuk saling melengkapi bukan saling menjajah atau menguasai.

Jadi, tidak benar bila pria menjajah perempuan.
Lebih tidak benar lagi wanita menjajah pria.
Istilah suami takut istri dan istri takut suamin seharusnya tidak ada di kamus kita.
Perlu diingatkan wanita tidak sama dan tidak akan pernah sama dengan pria.
Adanya rasa saling mengerti dan menghormati adalah mutlak dalam hubungan pria dan wanita.
Memang benar sekarang wanita bisa melakukan pekerjaan pria dan sebaliknya, tetapi fungsi utama dan pertama setiap gender tidak akan bisa digantikan.

Wanita tidak akan pernah bisa menhasilkan sperma untuk membuahi ovum.
Laki-laki tidak akan pernah bisa melahairkan tanpa ovarium dan kelenjar susu.
Wanita diciptkan dari tulang rusuk laki-laki,
bukan dari tulang tengkorak untuk memerintah laki-laki
bukan dari tulang kaki untuk menjadi budak laki-laki.
Wanita diciptakan sejajar dengan pria agar kita saling menhormati dan menghargai serta melengkapi satu sama lain.

Happy Katini's Day 2009

No comments: